Saritem
Nama Saritem sudah terlanjur dikenal sebagai kawasan prostitusi di kota Bandung. Nama Saritem tak lepas dari sejarah panjang kota Bandung. Sebelum lokalisasi kawasan Saritem ditutup pemerintah, sebenarnya nama tersebut berasal dari perempuan yang mitosnya bernama Nyai Sari Iteung.
Saritem tak sekadar mitos maupun kisah belaka. Saritem menjadi lekat dengan sejarah bangsa Indonesia sejak era kolonialisme, hingga penyebutan ‘Nyi’ yang saat itu marak dipakai oleh perempuan pribumi.
Jadi siapa Saritem?
Menurut budayawan sunda Budi Dalton, Saritem atau Nyi Saritem diambil dari nama Sari Iteung bernama aslinya Nyi Mas Ayu Permatasari. Beliau merupakan istri dari seorang Tentara Belanda dan tinggal di daerah Kebon Tangkil Bandung, daerah sekitar eks-lokalisasi Saritem sekarang. Saritem lahir di Parakan Muncang, Sumedang, Jabar, tahun 1840 dan meninggal di Bandung tahun 1920.
Nyi Saritem ini tinggal di daerah yang bernama Kebon Tangkil dekat stasiun Stasiun Hall yang memang menjadi lingkungan prostitusi di jaman Kolonial Belanda di Bandung. Banyak perempuan muda didatangkan dari daerah sekitar untuk dijadikan pelacur (human trafficking) pada masa itu.
Pelacuran dari tahun 30-an sudah ada di situ. Di kehidupan sehari-harinya para pelacur tersebut numpang nyuci, numpang mandi dan lain-lain di rumahnya Nyi Saritem sekalian curhat kepada Nyi Saritem. Banyak diantara perempuan yang didatangkan jadi pelacur disana akibat ditipu oleh germo-nya.
Konon katanya Nyi Saritem ini yang membantu para perempuan pelacur disana untuk dapat kembali ke kampungnya. “Sehingga namanya dijadikan nama jalan karena beliau itu banyak jasanya, kan tidak mungkin nama cewek enggak bener dijadikan nama jalan, dijadikan nama jalan juga pasti karena dia pelaku sejarah gitu atau pejuang, tapi ini penelitian belum selesai,” ujar Budi Dalton.
Sebenarnya juga banyak versi yang berbeda tentang tokoh Saritem ini. Di internet sudah banyak beredar cerita mengenai ini dengan versi lain yang bervariasi.
#SejarahBandung #SiapaSaritem #Biografi