Faktor Pengurang Nilai Properti
Sebelumnya kita pernah bahas mengenai capital gain dalam investasi property. Capital gain adalah keuntungan (selisih harga) yang didapatkan dari menjual properti, dimana harga penjualan tersebut lebih tinggi dibandingkan saat membelinya. Untuk memaksimalkan Capital gain yang didapat, hindari factor-faktor pengurang nilai properti, diantaranya:
- Tusuk sate. Sudah menjadi opini mayoritas kalau rumah tusuk sate masih dianggap punya pengaruh buruh bagi penguninya.
- Bentuk tanah nyempit. Maksudnya lebar muka lebih besar daripada lebar belakang, masih dinilai memiliki pengaruh buruk menurut teori feng shui secara umum.
- Rumah nomor 4 atau berakhiran 4. Menurut teori Feng Shui angka 4 dalam Bahasa kanton dibaca “si” artinya menyerupai “kematian” adalah gambaran kesialan atau keburukan dalam hidup.
- Jalan buntu. Penilaian versi bank jalan buntu menjadi factor pengurang dalam penilaian asset.
- Jalan tidak dapat akses mobil atau dalam gang. Bank menolak rumah yang tidak dapat dilalui mobil sebagai jaminan.
- Dilalui SUTET. Penilaian versi bank rumah yang dilalui SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi) menjadi factor pengurang dalam penilaian asset
- Dekat makam. Penilaian versi bank rumah dekat makam menjadi factor pengurang penilaian asset yang cukup signifikan.
- Samping sungai. Penilaian versi bank rumah samping sungai besar menjadi factor pengurang dalam penilaian asset.
Meskipun kamu secara pribadi tidak sependapat dengan opini diatas, namun harus diakui factor-faktor tersebut diatas secara tidak langsung mempengaruhi harga pasar atas property yang dimaksud.
Tapi akan menjadi berbeda apabila aset property untuk digunakan sendiri bukan untuk investasi (=trading), tentunya tidak menjadi masalah. Malah mungkin menjadi peluang kamu mendapatkan aset property di lingkungan yang baik dengan harga lebih murah dari harga pasar.